Halaman

Senin, 24 September 2012

Menengok Orang Sakit

                 Menengok Orang Sakit
Dua minggu lagi ulangan umum. Anak-anak kelas lima SD Sukamandi sibuk belajar.
Ada pula yang sudah membentuk kelompok belajar, diantaranya Ima, Santi, Mira dan Dudi. Mereka secara bergiliran belajar di rumah anggota kelompok itu.
Belajar bersama
Semua ingin agar mendapat nilai yang paling bagus. Tidak heran bila mereka begitu bersemangat.
Sekarang, tiba giliran di rumah Dudi. Ketika itu waktu sudah menunjukkan jam 15.45. Santi dan Mira sudah datang, Dudi pun sudah siap dengan buku-bukunya di ruang belajar.
Mereka menunggu kedatangan Ima, tetapi Ima belum datang juga. Menit demi menit berlalu dengan cepatnya, yang ditunggu tak kunjung datang. Maka Dudi lalu berkata,
“Sambil menunggu mari kita mulai saja. Mungkin Ima berhalangan.”
“Tidak biasanya Ima begini. Ia paling tepat datang pada waktunya,” ujar Santi pula.
Akhirnya, mereka lalu belajar walaupun tanpa Ima. Setelah jam menunjukkan setengah enam sore, mereka berkemas untuk untuk pulang.
Di tengah jalan, Santi dan Mira masih memperbincangkan Ima, mengapa ia tidak datang. Keesokan harinya di dalam kelas pun Ima tidak nampak hadir.
Teman-teman kelompoknya bertambah heran. Lalu, atas usul Dudi mereka bermaksud menengok Ima setelah pulang sekolah.
Begitulah ketika bel tanda pulang berbunyi, mereka langsung pergi kerumah Ima. Kelihatan rumah Ima sepi-sepi saja. Dudi lalu mengetuk pintu. Lalu, ibu Ima keluar menyambut mereka.
“Selamat siang, Bu. Apakah Ima ada dirumah?” tanya Mira.
“Selamat siang, Nak. Mari masuk Ima sedang sakit. Sejak pulang dari sekolah kemarin badannya panas sekali. Sehingga ia tidak dapat datang belajar. Sekarang pun masih agak panas. Mudah-mudahan saja lekas sembuh.”
 “Boleh kami menengok Ima, Bu?”
“Silahkan, Ima tentu senang sekali atas kedatangan kalian. Mari Ibu antar kekamarnya.”
Mereka lalu pergi ke kamar Ima. Ia tergolek di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam. Perlahan-lahan, Santi duduk ditepi pembaringan dan meraba kening Ima. Lalu dipanggilnya nama Ima perlahan-lahan.
Sakit
“Ima, Ima, ini kami datang.” Ima membuka matanya dan tersenyum ketika mengetahui siapa yang datang.
“Terima kasih kawan-kawan. Maaf ya kemarin Ima tidak datang.”
“Tidak apa-apa, Ima. Yang penting kau harus cepat sembuh. Agar kita bisa belajar bersama lagi. Kami hanya dapat berdoa untukmu.”
“Terima kasih atas doa kalian. Besok lusa juga mungkin Ima sudah dapat ke sekolah lagi.” Memang benar keesokan lusanya Ima sudah sembuh dan dapat kesekolah kembali. Teman-temannya merasa senang.
Ketika ulangan umum tiba mereka datang pagi-pagi sekali untuk melihat ruang tempat ulangan. Kebetulan Ima mendapat ruang yang sama dengan Dudi. Mereka mengerjakan soal dengan hati-hati supaya jangan ada yang keliru.
Hasil ulangan umum dibagikan oleh Bapak Guru. Ternyata keempat anak itulah yang mendapat nilai yang memuaskan, sehingga tidak sia-sia mereka tekun belajar. Apalag Ima, mengingat ia baru saja sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar