Menengok Orang Sakit
Dua minggu lagi ulangan umum. Anak-anak kelas lima SD Sukamandi sibuk belajar.
Ada pula yang sudah membentuk kelompok belajar, diantaranya Ima,
Santi, Mira dan Dudi. Mereka secara bergiliran belajar di rumah anggota
kelompok itu.
Semua ingin agar mendapat nilai yang paling bagus. Tidak heran bila mereka begitu bersemangat.
Sekarang, tiba giliran di rumah Dudi. Ketika itu waktu sudah
menunjukkan jam 15.45. Santi dan Mira sudah datang, Dudi pun sudah siap
dengan buku-bukunya di ruang belajar.
Mereka menunggu kedatangan Ima, tetapi Ima belum datang juga. Menit
demi menit berlalu dengan cepatnya, yang ditunggu tak kunjung datang.
Maka Dudi lalu berkata,
“Sambil menunggu mari kita mulai saja. Mungkin Ima berhalangan.”
“Tidak biasanya Ima begini. Ia paling tepat datang pada waktunya,” ujar Santi pula.
Akhirnya, mereka lalu belajar walaupun tanpa Ima. Setelah jam
menunjukkan setengah enam sore, mereka berkemas untuk untuk pulang.
Di tengah jalan, Santi dan Mira masih memperbincangkan Ima, mengapa
ia tidak datang. Keesokan harinya di dalam kelas pun Ima tidak nampak
hadir.
Teman-teman kelompoknya bertambah heran. Lalu, atas usul Dudi mereka bermaksud menengok Ima setelah pulang sekolah.
Begitulah ketika bel tanda pulang berbunyi, mereka langsung pergi
kerumah Ima. Kelihatan rumah Ima sepi-sepi saja. Dudi lalu mengetuk
pintu. Lalu, ibu Ima keluar menyambut mereka.
“Selamat siang, Bu. Apakah Ima ada dirumah?” tanya Mira.
“Selamat siang, Nak. Mari masuk Ima sedang sakit. Sejak pulang dari
sekolah kemarin badannya panas sekali. Sehingga ia tidak dapat datang
belajar. Sekarang pun masih agak panas. Mudah-mudahan saja lekas
sembuh.”
“Boleh kami menengok Ima, Bu?”
“Silahkan, Ima tentu senang sekali atas kedatangan kalian. Mari Ibu antar kekamarnya.”
Mereka lalu pergi ke kamar Ima. Ia tergolek di atas tempat tidurnya.
Matanya terpejam. Perlahan-lahan, Santi duduk ditepi pembaringan dan
meraba kening Ima. Lalu dipanggilnya nama Ima perlahan-lahan.
“Ima, Ima, ini kami datang.” Ima membuka matanya dan tersenyum ketika mengetahui siapa yang datang.
“Terima kasih kawan-kawan. Maaf ya kemarin Ima tidak datang.”
“Tidak apa-apa, Ima. Yang penting kau harus cepat sembuh. Agar kita bisa belajar bersama lagi. Kami hanya dapat berdoa untukmu.”
“Terima kasih atas doa kalian. Besok lusa juga mungkin Ima sudah
dapat ke sekolah lagi.” Memang benar keesokan lusanya Ima sudah sembuh
dan dapat kesekolah kembali. Teman-temannya merasa senang.
Ketika ulangan umum tiba mereka datang pagi-pagi sekali untuk melihat
ruang tempat ulangan. Kebetulan Ima mendapat ruang yang sama dengan
Dudi. Mereka mengerjakan soal dengan hati-hati supaya jangan ada yang
keliru.
Hasil ulangan umum dibagikan oleh Bapak Guru. Ternyata keempat anak
itulah yang mendapat nilai yang memuaskan, sehingga tidak sia-sia mereka
tekun belajar. Apalag Ima, mengingat ia baru saja sembuh.